Sabtu, 18 September 2010

Percayalah Buku Mbah Surip yang Ini Lain…


Display Buku-buku Mbah Surip di Toko Buku Gramedia Cijantung (dwiki file)

Display Buku-buku Mbah Surip di Toko Buku Gramedia Cijantung (dwiki file)

SEKURANG-kurangnya sudah ada lima buah buku yang diterbitkan mengenai sosok dan kiprah Mbah Surip semenjak penyanyi nyentrik berambut gimbal dengan tawa khas itu meninggal pada Selasa 4 Agustus 2009 lalu. Di Toko Buku Gramedia Cijantung Jakarta Timur, saya sempat mencatat (sekaligus diijinkan memotret, makasih supervisor TB Gramedia) kelima buku yang telah diterbitkan tersebut. Masing-masing: 1). Mbah Surip I Love You Fullkarya HM Siradj, 2). Mbah Surip Kesaksian dari Seberang Jalan karya Achmad Mufid AR, 3). Mbah Surip I Love You Full karya Riten Literatur, 4). Tawa & Air Mata Mbah Surip Mengungkap Rahasia Terdalam Mbah Surip karya Hernawan Harnanto, dan 5). Mbah Surip We Love You Full… karya Jodhi Yudono.

Empat buku pertama yang saya sebutkan di atas, telah saya skimming (teknik baca cepat untuk mengidentifikasi ide pokoknya). Sedangkan buku ke-5, Mbah Surip We Love You Full.. karya Kompasianer Jodhi Yudono, telah saya baca semenjak diluncurkan berbarengan dengan Perayaan Ulang Tahun ke-1 Kompasiana pada 22 Oktober lalu di Marios Place Cikini Jakarta Pusat.

Ada yang perlu saya garisbawahi dari pernyataan singkat oleh Jodhi Yudono pada peluncuran bukunya Mbah Surip We Love You Full tersebut. Ia tidaksemata-mata mengharap keuntungan secara pribadi atas penerbitan bukunya itu. Ada misi sosial didalamnya. Bila pembaca tertarik dengan isi buku yang pada bagian-bagian berikut nanti saya ungkapkan, perlu diketahui bahwa 50 % dari keuntungan atas royalti buku yang terserap oleh pasar akan disumbangkan penulisnya kepada ahli waris Mbah Surip. Menurut Jodhi Yudono, hal itu telah dibicarakan dengan ahli waris Mbah Surip. Lho kok bisa?

Cover Buku Mbah Surip We Love You Full... (dwiki file)

Cover Buku Mbah Surip We Love You Full... (dwiki file)

Inilah barangkali nilai plus dari misi penerbitan buku karya Jodhi Yudono ini. Sementara itu, pembaca pasti akan dibuat tercengang manakala tahu hubungan perkawanan yang sudah lama terjalin antara Jodhi dengan Mbah Surip semenjak tahun 2003. Bahkan kala Mbah Surip belum apa-apa dan bukan siapa-siapa, pada 2004, sebagai wartawan, Jodhi telah menuliskan profil Mbah Surip di Kompas Cyber Media yang ia kemas dalam format percakapan (halaman 122).

Buku Jodhi ini nyaris menjadi biografi resmi Mbah Surip yang bernama resmi Urip Achmad Ariyanto. Di Bab “Riwayat Buku Ini”, Jodhi juga menuturkan bahwa gagasan membuat biografi Mbah Surip telah disepakati semenjak setahun sebelum kepergiannya. Beberapa penerbit yang ditawari calon buku Mbah Surip, rata-rata menjawab sama, “Siapa Mbah Surip?”

“Ternyata, segala ketertarikan saya terhadap Mbah Surip sebagai pribadi yang unik dan penuh semangat yang layak diketahui publik, tidak cukup mampu menggugah minat para penerbit untuk mengangkatnya ke dalam sebuah buku,” ujar Jodhi.

Baru setelah lagunya seperti “Tak Gendong“, “Bangun Tidur“, “Melody Security” meledak, dan Mbah Surip muncul tiap hari di pangung hiburan musik dan wawancara televisi serta disusul oleh kematiannya yang mendadak, penerbit besar dan kecil ramai merilis biografi Mbah Surip.

***

Mbah Surip Dikelilingi Cewek Cantik (www.okezone.com)

Mbah Surip Dikelilingi Cewek Cantik (www.okezone.com)

Buku yang tengah kita bahas ini banyak mengangkat obrolan-obrolan kecil Jodhi dengan Mbah Surip dan kawan-kawannya yang acap nongkrong di Warung Apresiasi, Bulungan, Jakarta Selatan. Keseharian Mbah Surip yang selama ini jarang diungkap, bisa ditemukan pada halaman-halaman buku ini.

Soal di atas, Jodhi menuturkannya dengan santai, “Status saya sebagai wartawan sungguh menguntungkan buat saya. Itu artinya, saya lebih leluasa dibanding kawan-kawan lainnya untuk bertanya-tanya kepada si Mbah. Kawan-kawan lain boleh saja lebih lama mengenal si Mbah, tetapi urusan mengorek “jeroan” si Mbah, bisa jadi saya lebih banyak kesempatan dan alasan.”

Umpamanya mengenai asal usul jargon I love you full. Menurut Jodhi, kisah lahirnya jargon terkenal Mbah Surip tersebut bermula ia berada di Belitung. Kala itu, salah satu warung kopi yang menjadi favoritnya adalah warung kopi milik Maryati Cui. Bukan lantaran kecantikan Maryati Chui yang membuatnya betah berlama-lama di warung perempuan berdarah Cina itu. Melainkan kopi bikinan Maryati yang menurut Mbah Surip, “Kopinya, itu loh… buket, gandem, dan…nuiiiikmat.”

Lantaran rasa kopi bikinan Maryati Chui yang nikmat itulah, yang buket itulah maka spontan dari mulut Mbah Surip yang hitam oleh nikotin, muncul jargon spektakuler: I love you full.

Dibagian lain, Jodhi menceritakan kisah mengenai “Mbah Surip Nemu Setan.” Melalui tulisan ini, kita disadarkan hal-hal manusiawi dari seseorang yang memiliki rasa empati besar pada kejadian-kejadian kecil yang dialaminya. Tentang apa yang dibicarakan Mbah Surip saat menemukan “setan”, silakan saja pembaca cari di buku yang tengah kita bahas ini.

Yang sudah jelas pasti, pembaca tidak akan rugi membaca dan mengoleksi buku karya Jodhi Yudono ini. Banyak hikmah tersembunyi yang akan pembaca dapatkan, pun sebelum menyelesaikan halaman-halaman akhir buku ini. Pembaca juga disuguhi lirik-lirik lagu Mbah Surip, yang apabila dihayati memiliki filosofi hidup sangat mendalam. Penyajian yang segar dan menggelitik dari buku karya Jodhi ini, hemat saya, menjadi kekuatan tersendiri dari buku ini.

Percayalah, buku Mbah Surip yang ini lain….

Sumber : http://dwikisetiyawan.wordpress.com/page/8/?pages-list...

"Rezzboy™ "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar