Rabu, 22 September 2010

Lanud Husein Sastranegara Gelar Bandung Air Show September 23 2010

SATRYA GRAHA/"PRLM"
SATRYA GRAHA/"PRLM"
KOMANDAN Landasan Udara Husein Sastranegara Kolonel Penerbang Asep Adang Supriyadi, meninjau lahan yang akan digunakan dalam acara Bandung Air Show (BAS), di Lanud Husein Sastranegara, Senin (28/6) pagi. Acara BAS yang merupakan rangkaian HUT Kota Bandung ke-200, rencananya bakal digelar 23-26 September mendatang.*

BANDUNG, (PRLM).- Ulang tahun Kota Bandung ke-200 bakal menjadi momen penting bagi Landasan Udara Husein Sastranegara. Pasalnya, tahun ini menjadi tahun bersejarah bagi Lanud Husein Sastranegara seiring rencana gelaran Bandung Air Show (BAS) pada 23-26 September 2010 mendatang.

Komandan Lanud Husein Sastranegara, Kolonel Penerbang Asep Adang Supriyadi, menjelaskan, pada BAS nanti, tidak hanya menampilkan pameran pesawat, tapi juga kegiatan pendukung lainnya. "Jadi acara itu nantinya bekerja sama dengan Pemkot Bandung. Kegiatannya beraneka ragam. Ada soal sejarah Kota Bandung, iptek, industri, pariwisata, dan lainnya. Itu bagian pemkot. Kalau kami khusus menyumbang demo udara dan kegiatan udara lainnya," katanya.

Untuk kegiatan terkait keudaraan, ada dua kategori yaitu static show dan dynamic show. "Dalam static show, akan ditampilkan sejumlah pesawat milik TNI AU. Kami juga sudah meminta PT DI untuk ikut serta menampilkan pesawat-pesawatnya seperti N250, CN 235, dan lainnya. Termasuk juga dari FASI, TNI AD dan TNI AL dengan pesawat Nomad-nya. Kami juga sedang mengundang dari luar negeri. Kemungkinan total pesawat yang ditampilkan mencapai 75 pesawat," ujarnya.

Dalam dynamic show, ada beberapa acara seperti aeromodelling, terjun payung, paralayang, pesawat bermotor, microflight, joyflight, terjun tandem, tandem paramotor (paralayang dan gantole), aerobatic, flypass, hot air ballon, dan lainnya. Ada juga seminar tentang "Pemberdayaan Transportasi Udara dalam Rangka Pembangunan Ekonomi dan Peningkatan Pariwisata di Kota Bandung". "Nanti hasilnya diserahkan ke pimpinan daerah sebagai rujukan dalam peningkatan ekonomi di Kota Bandung," kata Adang.

Acara yang berlangsung empat hari itu, ditargetkan bakal menyedot jumlah pengunjung hingga 75.000 orang. "Targetnya semua lapisan masyarakat baik umum maupun profesional. Nanti juga akan ada lomba fotografi untuk umum," katanya. (A-128/A-147)

"Rezzboy™ "

Sabtu, 18 September 2010

Muda Wangi Parfum, Tua Bau Balsem. wkwkw

Parfum Perempuan (http://www.kapanlagi.com)

Parfum Perempuan (http://www.kapanlagi.com)

SEKIAN lama tak sua, pada sore hari beberapa bulan lalu, di pintu masuk utama Plaza Senayan (PS), seorang perempuan muda dengan pandang menunduk tergopoh-gopoh lari kecil keluar dari dalam mobil. Beberapa anak tangga dia tapaki, kepalanya pun mendongak diantara kerumunan orang yang tengah menunggu kendaraan. Wangi parfumnya semerbak. Tercium aroma rosemary khusus buat perempuan yang energik, keras, berani dan menyukai petualangan. Ia kaget melihat saya.

“Oh Mas Dwiki. Apa kabar mas?” ujarnya sembari mengulurkan tangan. Saya sambut uluran tangannya. Hangat. Jari-jemari lentiknya itu beberapa saat saya genggam.

“Baik dan Sehat Izzah (bukan nama sebenarnya). Gimana dengan kamu?”

“Baik juga. Senang Izzah ketemu mas Dwiki disini,” ujarnya menyunggingkan senyum.

“Yuk kita mojok sambil ngopi bareng mas!”

Berjalan beriringan, kami pun bergegas menuju kedai kopi Sta—cks yang berlokasi di barat daya PS. Senja yang mulait urun menampakkan wujudnya. Diantara lalu lalang kendaraan di jalan raya depan kedai kopi, dan bayang-bayang muram pejalan kaki di atas trotoar, kami mengambil tempat duduk di luar kedai. Persis di sebelah pintu samping keluar masuk kedai kopi itu. Hanya berbatas dinding kaca.

“Pesan Kopi apa?”

“Apa yang mas suka, Izzah juga suka, ” ujarnya mengulas senyum.

Saya segera menuju kasir, dan beberapa saat dua cangkir Caramel Macchiato tersaji. Sembari menyeruput secangkir minuman itu, potongan-potongan mozaik kenangan akan Izzah pun terlamun…¹. Lamunan akan perempuan dihadapan saya ini buyar manakala sekonyong-konyong Izzah meminta pendapat sesuatu hal.

“Menurut mas Dwiki. Gimana dengan penampilan Izzah sekarang dengan yang mas kenal selama ini?”

Saya sedikit tergagap.

“Oh… Kamu masih seperti yang dulu saya kenal. Cantik, penuh vitalitas dan menggairahkan mata lelaki yang melihatnya.”

Balsem (http://community.kompas.com)

Balsem (http://community.kompas.com)

Sengaja kata “smart” tidak saya ungkapkan, karena memang saya tidak suka pujian yang membabi buta. Ungkapan pujian tersebut, saya rasa bukan dibuat-buat. Perempuan juga tidak suka oleh pujian yang berlebihan. Untungnya ia sudah cukup puas dengan lontaran dimaksud.

“Masak. Mas Dwiki bisa saja?”

“Ada yang berubah dengan saya mas?”

Dia menunggu-nunggu ungkapan yang akan saya kemukakan. Harap-harap cemas. Entah dari mana, muncul ilham untuk mengomentari penampilannya yang bak model sabuk kecantikan terkenal yang acap diiklankan televisi.

“Ooo ada. Harum aroma tubuhmu oleh wangi parfum yang kau pakai hari ini dan hari-hari lalu. Hanya saja, jika kita bertemu lagi pada 20 tahun mendatang, bukan lagi wangi parfum yang aku rasakan, tapi bau balsem menyengat sebelum kita bersalaman.”

Izzah cukup terperanjat oleh ungkapan tersebut. Dia mikir sejenak (mungkin membayangkan dirinya pula neneknya persis seperti ungkapan spontan tersebut)… muda wangi parfum, tua bau balsem.

“Asem mas Dwiki!”

***

Begitulah. Demi untuk sekedar penampilan, seseorang berupaya semaksimal mungkin ingin menunjukkan tentang “siapa dirinya”. Banyak orang berela-rela mengejar “impian semusim” itu untuk mendongkrak penampilan kulit luarnya. Segala cara ditempuh dan diperjuangkan —Bahkan yang tidak masuk akal, untuk tidak mengatakan haram hukumnya.

Budaya masyarakat kita memang masih mengagungkan tampilan-tampilan kulit luar (yang tampak, sekalipun mungkin menipu), dan bukan mengagungkan isi atau kemampuan apa dari seseorang.

Di sebuah bank swasta, saya pernah antri panjang bersama dengan seorang lelaki tua keturunan. Melihat tampilan luarnya, kita pasti akan “menyepelakannya”. Bersandal jepit, memakai celana pendek dan kaos oblong, apalagi menenteng-nenteng handphone keluaran terbaru.

Tahukan pembaca. Begitu dia mengeluarkan isi dari tas kresek hitam yang ditentengnya dihadapan petugas teller bank, banyak orang yang melihatnya terbelalak. Ratusan juta rupiah berjejer rapi didepan teller. Pecahan seratusan ribu rupiah. Sebagian uang itu lusuh.

Boleh jadi, si lelaki tua itu seorang pengusaha ulet. Dia tak perlu wangi parfum ditubuhnya. Barangkali pula di rumah dia sudah memakai balsem. Siapa tahu?

Sumber : http://dwikisetiyawan.wordpress.com/page/8/?pages-list1

"Rezzboy™ "

Percayalah Buku Mbah Surip yang Ini Lain…


Display Buku-buku Mbah Surip di Toko Buku Gramedia Cijantung (dwiki file)

Display Buku-buku Mbah Surip di Toko Buku Gramedia Cijantung (dwiki file)

SEKURANG-kurangnya sudah ada lima buah buku yang diterbitkan mengenai sosok dan kiprah Mbah Surip semenjak penyanyi nyentrik berambut gimbal dengan tawa khas itu meninggal pada Selasa 4 Agustus 2009 lalu. Di Toko Buku Gramedia Cijantung Jakarta Timur, saya sempat mencatat (sekaligus diijinkan memotret, makasih supervisor TB Gramedia) kelima buku yang telah diterbitkan tersebut. Masing-masing: 1). Mbah Surip I Love You Fullkarya HM Siradj, 2). Mbah Surip Kesaksian dari Seberang Jalan karya Achmad Mufid AR, 3). Mbah Surip I Love You Full karya Riten Literatur, 4). Tawa & Air Mata Mbah Surip Mengungkap Rahasia Terdalam Mbah Surip karya Hernawan Harnanto, dan 5). Mbah Surip We Love You Full… karya Jodhi Yudono.

Empat buku pertama yang saya sebutkan di atas, telah saya skimming (teknik baca cepat untuk mengidentifikasi ide pokoknya). Sedangkan buku ke-5, Mbah Surip We Love You Full.. karya Kompasianer Jodhi Yudono, telah saya baca semenjak diluncurkan berbarengan dengan Perayaan Ulang Tahun ke-1 Kompasiana pada 22 Oktober lalu di Marios Place Cikini Jakarta Pusat.

Ada yang perlu saya garisbawahi dari pernyataan singkat oleh Jodhi Yudono pada peluncuran bukunya Mbah Surip We Love You Full tersebut. Ia tidaksemata-mata mengharap keuntungan secara pribadi atas penerbitan bukunya itu. Ada misi sosial didalamnya. Bila pembaca tertarik dengan isi buku yang pada bagian-bagian berikut nanti saya ungkapkan, perlu diketahui bahwa 50 % dari keuntungan atas royalti buku yang terserap oleh pasar akan disumbangkan penulisnya kepada ahli waris Mbah Surip. Menurut Jodhi Yudono, hal itu telah dibicarakan dengan ahli waris Mbah Surip. Lho kok bisa?

Cover Buku Mbah Surip We Love You Full... (dwiki file)

Cover Buku Mbah Surip We Love You Full... (dwiki file)

Inilah barangkali nilai plus dari misi penerbitan buku karya Jodhi Yudono ini. Sementara itu, pembaca pasti akan dibuat tercengang manakala tahu hubungan perkawanan yang sudah lama terjalin antara Jodhi dengan Mbah Surip semenjak tahun 2003. Bahkan kala Mbah Surip belum apa-apa dan bukan siapa-siapa, pada 2004, sebagai wartawan, Jodhi telah menuliskan profil Mbah Surip di Kompas Cyber Media yang ia kemas dalam format percakapan (halaman 122).

Buku Jodhi ini nyaris menjadi biografi resmi Mbah Surip yang bernama resmi Urip Achmad Ariyanto. Di Bab “Riwayat Buku Ini”, Jodhi juga menuturkan bahwa gagasan membuat biografi Mbah Surip telah disepakati semenjak setahun sebelum kepergiannya. Beberapa penerbit yang ditawari calon buku Mbah Surip, rata-rata menjawab sama, “Siapa Mbah Surip?”

“Ternyata, segala ketertarikan saya terhadap Mbah Surip sebagai pribadi yang unik dan penuh semangat yang layak diketahui publik, tidak cukup mampu menggugah minat para penerbit untuk mengangkatnya ke dalam sebuah buku,” ujar Jodhi.

Baru setelah lagunya seperti “Tak Gendong“, “Bangun Tidur“, “Melody Security” meledak, dan Mbah Surip muncul tiap hari di pangung hiburan musik dan wawancara televisi serta disusul oleh kematiannya yang mendadak, penerbit besar dan kecil ramai merilis biografi Mbah Surip.

***

Mbah Surip Dikelilingi Cewek Cantik (www.okezone.com)

Mbah Surip Dikelilingi Cewek Cantik (www.okezone.com)

Buku yang tengah kita bahas ini banyak mengangkat obrolan-obrolan kecil Jodhi dengan Mbah Surip dan kawan-kawannya yang acap nongkrong di Warung Apresiasi, Bulungan, Jakarta Selatan. Keseharian Mbah Surip yang selama ini jarang diungkap, bisa ditemukan pada halaman-halaman buku ini.

Soal di atas, Jodhi menuturkannya dengan santai, “Status saya sebagai wartawan sungguh menguntungkan buat saya. Itu artinya, saya lebih leluasa dibanding kawan-kawan lainnya untuk bertanya-tanya kepada si Mbah. Kawan-kawan lain boleh saja lebih lama mengenal si Mbah, tetapi urusan mengorek “jeroan” si Mbah, bisa jadi saya lebih banyak kesempatan dan alasan.”

Umpamanya mengenai asal usul jargon I love you full. Menurut Jodhi, kisah lahirnya jargon terkenal Mbah Surip tersebut bermula ia berada di Belitung. Kala itu, salah satu warung kopi yang menjadi favoritnya adalah warung kopi milik Maryati Cui. Bukan lantaran kecantikan Maryati Chui yang membuatnya betah berlama-lama di warung perempuan berdarah Cina itu. Melainkan kopi bikinan Maryati yang menurut Mbah Surip, “Kopinya, itu loh… buket, gandem, dan…nuiiiikmat.”

Lantaran rasa kopi bikinan Maryati Chui yang nikmat itulah, yang buket itulah maka spontan dari mulut Mbah Surip yang hitam oleh nikotin, muncul jargon spektakuler: I love you full.

Dibagian lain, Jodhi menceritakan kisah mengenai “Mbah Surip Nemu Setan.” Melalui tulisan ini, kita disadarkan hal-hal manusiawi dari seseorang yang memiliki rasa empati besar pada kejadian-kejadian kecil yang dialaminya. Tentang apa yang dibicarakan Mbah Surip saat menemukan “setan”, silakan saja pembaca cari di buku yang tengah kita bahas ini.

Yang sudah jelas pasti, pembaca tidak akan rugi membaca dan mengoleksi buku karya Jodhi Yudono ini. Banyak hikmah tersembunyi yang akan pembaca dapatkan, pun sebelum menyelesaikan halaman-halaman akhir buku ini. Pembaca juga disuguhi lirik-lirik lagu Mbah Surip, yang apabila dihayati memiliki filosofi hidup sangat mendalam. Penyajian yang segar dan menggelitik dari buku karya Jodhi ini, hemat saya, menjadi kekuatan tersendiri dari buku ini.

Percayalah, buku Mbah Surip yang ini lain….

Sumber : http://dwikisetiyawan.wordpress.com/page/8/?pages-list...

"Rezzboy™ "

Muda Wangi Parfum, Tua Bau Balsem. wkwkw

Parfum Perempuan (http://www.kapanlagi.com)

Parfum Perempuan (http://www.kapanlagi.com)

SEKIAN lama tak sua, pada sore hari beberapa bulan lalu, di pintu masuk utama Plaza Senayan (PS), seorang perempuan muda dengan pandang menunduk tergopoh-gopoh lari kecil keluar dari dalam mobil. Beberapa anak tangga dia tapaki, kepalanya pun mendongak diantara kerumunan orang yang tengah menunggu kendaraan. Wangi parfumnya semerbak. Tercium aroma rosemary khusus buat perempuan yang energik, keras, berani dan menyukai petualangan. Ia kaget melihat saya.

“Oh Mas Dwiki. Apa kabar mas?” ujarnya sembari mengulurkan tangan. Saya sambut uluran tangannya. Hangat. Jari-jemari lentiknya itu beberapa saat saya genggam.

“Baik dan Sehat Izzah (bukan nama sebenarnya). Gimana dengan kamu?”

“Baik juga. Senang Izzah ketemu mas Dwiki disini,” ujarnya menyunggingkan senyum.

“Yuk kita mojok sambil ngopi bareng mas!”

Berjalan beriringan, kami pun bergegas menuju kedai kopi Sta—cks yang berlokasi di barat daya PS. Senja yang mulait urun menampakkan wujudnya. Diantara lalu lalang kendaraan di jalan raya depan kedai kopi, dan bayang-bayang muram pejalan kaki di atas trotoar, kami mengambil tempat duduk di luar kedai. Persis di sebelah pintu samping keluar masuk kedai kopi itu. Hanya berbatas dinding kaca.

“Pesan Kopi apa?”

“Apa yang mas suka, Izzah juga suka, ” ujarnya mengulas senyum.

Saya segera menuju kasir, dan beberapa saat dua cangkir Caramel Macchiato tersaji. Sembari menyeruput secangkir minuman itu, potongan-potongan mozaik kenangan akan Izzah pun terlamun…¹. Lamunan akan perempuan dihadapan saya ini buyar manakala sekonyong-konyong Izzah meminta pendapat sesuatu hal.

“Menurut mas Dwiki. Gimana dengan penampilan Izzah sekarang dengan yang mas kenal selama ini?”

Saya sedikit tergagap.

“Oh… Kamu masih seperti yang dulu saya kenal. Cantik, penuh vitalitas dan menggairahkan mata lelaki yang melihatnya.”

Balsem (http://community.kompas.com)

Balsem (http://community.kompas.com)

Sengaja kata “smart” tidak saya ungkapkan, karena memang saya tidak suka pujian yang membabi buta. Ungkapan pujian tersebut, saya rasa bukan dibuat-buat. Perempuan juga tidak suka oleh pujian yang berlebihan. Untungnya ia sudah cukup puas dengan lontaran dimaksud.

“Masak. Mas Dwiki bisa saja?”

“Ada yang berubah dengan saya mas?”

Dia menunggu-nunggu ungkapan yang akan saya kemukakan. Harap-harap cemas. Entah dari mana, muncul ilham untuk mengomentari penampilannya yang bak model sabuk kecantikan terkenal yang acap diiklankan televisi.

“Ooo ada. Harum aroma tubuhmu oleh wangi parfum yang kau pakai hari ini dan hari-hari lalu. Hanya saja, jika kita bertemu lagi pada 20 tahun mendatang, bukan lagi wangi parfum yang aku rasakan, tapi bau balsem menyengat sebelum kita bersalaman.”

Izzah cukup terperanjat oleh ungkapan tersebut. Dia mikir sejenak (mungkin membayangkan dirinya pula neneknya persis seperti ungkapan spontan tersebut)… muda wangi parfum, tua bau balsem.

“Asem mas Dwiki!”

***

Begitulah. Demi untuk sekedar penampilan, seseorang berupaya semaksimal mungkin ingin menunjukkan tentang “siapa dirinya”. Banyak orang berela-rela mengejar “impian semusim” itu untuk mendongkrak penampilan kulit luarnya. Segala cara ditempuh dan diperjuangkan —Bahkan yang tidak masuk akal, untuk tidak mengatakan haram hukumnya.

Budaya masyarakat kita memang masih mengagungkan tampilan-tampilan kulit luar (yang tampak, sekalipun mungkin menipu), dan bukan mengagungkan isi atau kemampuan apa dari seseorang.

Di sebuah bank swasta, saya pernah antri panjang bersama dengan seorang lelaki tua keturunan. Melihat tampilan luarnya, kita pasti akan “menyepelakannya”. Bersandal jepit, memakai celana pendek dan kaos oblong, apalagi menenteng-nenteng handphone keluaran terbaru.

Tahukan pembaca. Begitu dia mengeluarkan isi dari tas kresek hitam yang ditentengnya dihadapan petugas teller bank, banyak orang yang melihatnya terbelalak. Ratusan juta rupiah berjejer rapi didepan teller. Pecahan seratusan ribu rupiah. Sebagian uang itu lusuh.

Boleh jadi, si lelaki tua itu seorang pengusaha ulet. Dia tak perlu wangi parfum ditubuhnya. Barangkali pula di rumah dia sudah memakai balsem. Siapa tahu?

Merawat Ingatan Melalui Buku Harian (Diary)

Ilustrasi Buku Harian (http://www.intertype.com.au)

Ilustrasi Buku Harian (http://www.intertype.com.au)

WIKIPEDIA bahasa Indonesia menyatakan bahwa Buku Harian atau Diary adalah catatan kejadian yang kita alami sehari-hari. Kita menulis kejadian yang mengesankan pada hari ini pada buku diary. Fungsi Diary adalah sebagai kenangan masa-masa yang pernah kita alami. Bisa juga sebagai momentum sejarah kehidupan kita. Seiring dengan perubahan jaman yang terlalu cepat sehingga perubahan tersebut membuat individu semakin stress entah dengan kariernya atau keluarganya, Diary atau buku harian pun berubah fungsi dari sekedar menyimpan kenangan menjadi sebuah media untuk mencurahkan perasaan seseorang atas masalah yang dihadapinya. Menurut Alice D. Domar, menulis buku harian adalah sebuah langkah untuk mengungkapkan emosi dan perasaan kita dan membantu kita untuk merawat pikiran kita. Juga dengan berkembangnya teknologi, buku harian sekarang tidak hanya ditulis pada secarik kertas namun juga bisa berupa data di komputer atau bahkan ada yang berupa fasilitas daring untuk menulis buku harian di internet.

Ingatan sebagaimana tumbuhnya sebuah tanaman, perlu perawatan khusus dalam bentuk pemupukan, penyiraman, penyiangan tanaman pengganggu, dan penyemprotan hama agar ia kelak menjadi pohon yang baik. Sebuah pohon yang baik, dicirikan oleh bagaimana akarnya kokoh menghujam ke bumi, dan cabangnya berkembang ke langit, serta buahnya dinikmati manusia sekelilingnya. Seseorang yang mampu merawat ingatan dalam perjalanan hidupnya niscaya akan menjadi pribadi yang memiliki akar akan kesejarahannya. Tentang diri, keluarga dan lingkungannya yang pernah dijalani. Di mana kelak kemudian hari, akan membantunya sebagai panduan untuk melangkah ke arah kehidupan yang lebih baik.

Lantaran sadar akan pentingnya buku harian sebagaimana diungkapkan di atas, tatkala istri akan melahirkan anak pertama pada 1998, saya memberinya hadiah sebuah buku agenda untuk dijadikan buku harian. Untuk mencatat hal-hal penting berkaitan dengan tumbuh-kembang si anak juga peristiwa lain yang melingkupinya. Tujuan utamanya tiada lain untuk merawat ingatan melalui buku harian (diary).

Sekalipun awal-awal buku harian tersebut ditulis oleh orang tuanya, siapa tahu nanti si anak juga akan melanjutkan penulisannya (tentunya apabila ia sudah mampu menuangkan dalam bentuk tulisan).

Berselang lebih dari 10 tahun semenjak istri membuatkan buku harian anak, saya sendiri cukup takjub dengan isi catatan yang tergores didalamnya. Betapa tidak? Dari dua buah buku harian anak yang ada, ibaratnya dengan membaca diary tersebut serasa merangkai-rangkai mozaik masa perjalanan sebuah keluarga yang telah dijalani dalam kurun waktu itu. Dengan segala suka dukanya.

Melalui buku harian itu pula, saya disegarkan oleh ingatan-ingatan peristiwa semenjak 14 April 1998 tatkala anak pertama lahir dan sesudahnya. Mulai dari hal-ihwal kelahiran, kapan syukuran aqiqohnya, kejadian saya dan istri terkena sakit cacar air, pindah kontrakan, antrian sembako, kejatuhan rezim Orde Baru dan sebagainya. Hal-hal kecil menyangkut obat-obat apa yang digunakan tatkala anak mengalami sakit juga dicatat di buku harian.

Tanggal 14 Mei 1998, istri menulis, “Hari ini terjadi kerusuhan di Jakarta, bahkan di kota-kota lain. Kami semua ketakutan. Suasana begitu mencekam. Televisi memberitakannya. Dan ayahnya yang pergi siang hari jadi nggak bisa pulang. Tapi alhamdulillah sakitnya Sabrina juga baikan.”

Perhatikan gambar berikut ini. Kejatuhan rezim Orde Baru juga disinggung sedikit ada buku harian dimaksud.

Buku Harian Chiara Sabrina Ayurani (dwiki file)

Buku Harian Chiara Sabrina Ayurani (dwiki file)

Dan masih banyak lagi cerita lainnyabaik kisah keluarga maupun peristiwa aktual yang terjadi saat itu bisa terekam. Dan menjadi suatu kenangan tersendiri ketika membacanya kembali.

***

Disamping buku harian, saya juga membuat buletin atau newsletter untuk anak dan diedarkan cuma-cuma buat teman-temannya di kelas. Maksud hati juga sebagai bagian dari merawat ingatan. Namun sayang, hanya beberapa kali beredar akhirnya kandas karena sesuatu kesibukan.

Edisi percobaan newsletter itu mendapat respon cukup baik dari eman-teman anak. Terbukti beberapa kali istri ditanya soal bagaimana membuatnya dan kelanjutan newsletter dari ibu-ibu teman anak kala ia mengantar ke sekolah.

Mudahan-mudahan buletin itu dalam waktu dekat bisa direaliasikan lagi. Di samping melalui media di blantika maya yang kini tengah populer semacam blog.

Buletin Kabar dari Chiara (dwiki file)

Buletin Kabar dari Chiara (dwiki file)



Jumat, 17 September 2010

Puisi Tentang KENTUT

Kentut..



Dia tak berwujud, tak bernyawaTapi baunya terasa.....



Dia tak berbahaya tapi dijauhi



Dia ramah tapi tak didekati



Kalo bunyinya keras artinya jujur, tak bersuara artinya pemalu.....



Keluar sekaligus artinya berjiwa besar,Setengah-setengah artinya hemat.....



Oohh, Kentut....



Org Inggris kentut bilang : "excuse me".....



Org Amrik kentut bilang : "pardon me".....



Org indonesia bilang : "not me, not me...!"



Kentut itu seru...!



Asyiknya dikumpulin, ditahan,Lalu ledakkan keras-keras ditengah-tengah kelas...Agar teman2 pada ketawaato malah jadi gila.....



Kentut,



Seperti persahabatan.....



Hangatnya terasa...



Begitu tercium, semua orang tahu ada "dia"...Yang selalu menemani hidup kita..



Kentut...



Nggak kentut berarti nggak sehat...



Banyak kentut, berarti dahsyat.....



Kentut.....



Hati2lah melepaskannya.....



Bertubi-tubi tandanya abis makan ubi.....



Berair tandanya menceret.....



Kentut ,



Nggak ada loe ga rame...Ada loe malah keramean...



Disegani, dikucilkan, tapi ngangenin.....



Jadi.....We love "YOU"..... always and forever.. ,,,



..prrrreeeet

credit :fspoter ByForum gemscool